Minggu, 02 Agustus 2015

Pesona Kereta Paling Lambat dan Murah di Dunia

SEBELUM sampai di Yangon Central Railway Station, saya sempat memperhatikan stasiun terbaik pada Myanmar tersebut dari kejauhan ketika melintas dalam melawan jembatan di Zoological Garden Road. Deretan rel, peron yang kelihatan tua serta sedikit kumuh, serta deretan gerbong kereta kayu yang kebetulan melintas selalu lambat seakan-akan mengucapkan selamat berasal ke waktu lampau.

Perjalanan pada pagi yang cerah di kota Yangon dan dan belok kanan melewati trotoar yang dipenuhi pedagang kaki lima yang menjual beraneka macam makanan termasuk mohinga, makanan tradisional Myanmar yang terkenal lezat ini.

Tiba lah saya di gedung yang megah, tua, tapi serta cat yang telah terkelupas juga tampak kusam bagaikan telah tidak dicat sepanjang puluhan tahun. Itu dia Stasiun Kereta Api Kota Yangon yang akan jadi semula perjalanan tamasya selama hampir tiga jam mengelilingi kota Yangon serta naik Yangon Circular Railway.

Membuka gedung nomor satu, kelihatan loket karcis, jadwal kereta, juga juga kursi berwarna biru semacam juga kusi bus PPD pada Jakarta. Selain itu di ruang tunggu, begitu juga banyak calon penumpang yang duduk ataupun tertidur di lantai. Saya pernah bertanya di salah satu loket dengan ditunjukkan jika tiket kereta lingkar bisa saya beli pada platform tujuh.

Platform 6 juga 7 mampu dicapai dengan naik jembatan yang melintas dalam atas rel kereta. Dari sini bisa dinikmati betapa sebenarnya stasiun central Yangon ini begitu megah dan mengagumkan. Sayangnya keadaannya saat ini benar-benar tidak terawat juga kumuh. Di platform, selain calon penumpang, juga mampu dijumpai pedagang asongan, penjual bermacam jenis makanan dan bahkan serta anjing-anjing liar yang bebas keluyuran. Anak-anak kecil yang bertelanjang ria juga terlihat sedang mandi pada salah satu pojok platform.

Di loket, saya merekrut jatah tiket seharga 300 Kyat (dibaca Chat: atau satu kota Rp tiga.600). Petugas mencurahkan info jika kereta berikutnya yaitu yang clockwise alias berjalan sesuai arah jarum jam serta bakal berangkat pada pukul 10.10 pagi. “Just follow me," demikian ucapnya sambil meminta saya menunggu di dekat loket.

Di sana begitu juga kelihatan segala pengunjung asing bagus yang berkulit putih juga berada begitu juga rombongan gadis yang sibuk bicara pada bahasa Thai. Selain tersebut adalah penumpang lokal yang kebanyakan memakai "long yi", sarung khas Myanmar yang ada pada mana-mana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar